Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendidik anak agar sukses dan bahagia

Mendidik anak agar sukses dan bahagia

Mendidik anak sampai sukses dan bisa bahagia bisa dibilang gampang-gampang susah. Ada yang bilang gampang, tapi ada juga yang bilang susah.

Pada kegiatan bagian wanita yang di adakan di vihara Vimalakirti Wonomulyo pada 8 - 9 februari 2020 dan diikuti oleh kurang lebih 170 orang. Peserta tidak hanya berasal dari sentra jatim 2 saja, tetapi dihadiri juga ibu-ibu dari jawa tengah.

Semua peserta memiliki satu tujuan yang sama, yaitu mendapatkan jawaban bagaimana mendidik anak agar bisa sukses dan bahagia.

Bu Trini dariJateng bercerita susah banget mendidik anak dengan benar. Dari ketiga anaknya, ada yang pindah hati kepercayaan setelah menikah. Dua anaknya yang lain masih mengikuti ajaran buddha.

Kebingungan untuk mendidik anak yang pindah hati kepercayaan inilah yang paling menjadi beban pikiran bu trinin. Apa yang harus dilakukan untuk mengarahkan anaknya agar bisa mengikuti hati kepercayaan yang dianutnya.

Khawatirnya kalau gak syinjin dan gak aktif disusunan, bagaimana nanti mereka bisa menghadapi persoalan hidup. Berdasarkan pengalaman bu Trini, tanpa landasan hati kepercayaan yang kuat dari Gohonzon dan susunan, hidup itu hanya berputar-putar mengikuti karma.

Mendidik anak laki laki


Sedikit berbeda dengan cerita ibu Dami dari Jatim dalam mendidik anak. Saat ini dia mempunyai 2 orang anak umur 10 tahun dan umur 3 tahun. Pendidikan dalam keluarga yang dia terapkan untuk anaknya adalah kalau minta dibelikan sesuatu jangan ngeyel.

Mendidik anak sukses dan bahagia

Menurut bu Dami anak itu jangan sampai apa-apa minta ke orang tua dengan gampang. Dia pun tidak selalu menuruti apa yang jadi keinginan anak, dilihat dulu sudah butuh apa belum. Ini untuk mengajarkan kemandirian ke anak.

Seperti saat ini, dia minta dibelikan sepeda motor, dengan alasan untuk berangkat sekolah dan untuk bergaul dengan teman-temannya. Bu Dami belum mengijinkan, tapi neneknya itu malah mendukung si anak untuk dibelikan motor.

Beda pemikiran dalam mendidik anak antara bu Dami dengan nenek (ibunya bu Dami) menjadi persoalan tersendiri. Mau dilawan gak enak, gak dilawan takutnya si anak jadi manja dan nantinya gak bisa mandiri. Apalagi kalau tujuannya agar hidup terlihat lebih bergaya, ini akan menjadi persoalan baru di kemudian hari.

Mendidik anak di era digital


Sewaktu anak masih kecil, seharusnya lebih mudah untuk di didik. Namun, ternyata tidak semudah itu. Hal ini yang dialami Warti, ibu muda dari Magetan. Anaknya cewek masih berumur 3 tahun. Dia merasa berat dalam mendidik anak karena single parent.

Anaknya tiap hari mainan HP, dikasih tahu suruh berhenti gak mau. Menurut dia, anaknya ini ngeyel sekali. Bergaulnya sama anak-anak cowok. Ada ketakutan kalau anaknya salah bergaul. Apalagi sama teman-temannya selalu ditanyain, bapakmu mana, bapakmu mana.

Melihat perilaku anak, dia merasa kepusingan sendiri. Anaknya ini anak millenial. Pertanyaan yang tidak terjawab olehnya, gimana caranya mendidik anak di era digital.

Pandita Rusdy Rukmarata sebagai  narasumber di kegiatan kensyu wanita memberikan masukan. Pertama, beliau menjawab pertanyaan soal bagaimana agar anak bisa ikut syinjin. Caranya ibunya harus lebih syinjin. Rata-rata tujuan syinjinnya hanya mikirin keluarga. Hanya mikirin kebahagiaan anaknya saja.

Harusnya berani pikirin anak orang lain agar mereka juga bisa bahagia. Lihat anak-anak lain yang syinjin itu, kenapa mereka mau syinjin. Bagaimana sikap orang tua nya.

Satu lagi, jangan pernah minta Gohonzon untuk urusin anak. Jangan minta Gohonzon yang atasi. Harus dari diri sendiri. Kekuatan Gohonzon itu keluar kalau kita daimoku. Kekuatan daimoku ini yang akan nembus ke anak.

Ketika daimoku bilang ke Gohonzon, kenapa sifat dan perilaku anak saya kok mirip seperti saya. Ada yang pernah berdoa seperti itu?

Serentak dijawab ibu-ibu yang hadir, enggak pernah.

Mendidik anak dengan cinta

Kebanyakan orang mau percaya Gohonzon karena mau lebih bahagia dari saat ini. Makanya kita ikut kegiatan kensyu, belajar gosyo, dan belajar agar bisa terus percaya Gohonzon.

Kalau lingkungan kacau balau, korbannya ya anak kita. Makanya tujuan kita harus membangun lingkungan dan negara. Kalau lingkungan dan negara tentram, anak kita mau bergaul dimana pun dan dengan siapapun kita bisa tenang. Mendidik anak juga bisa lebih gampang.

Coba pelajari urutan doa dalam nichiren shoshu. Urutannya, kosenrufu dulu baru doa pribadi.

Harus belajar sayang anak orang lain. Kalau kita khawatir anak kita akan susah hidup kalau gak syinjin, harusnya anak orang lain juga diperlakukan seperti itu.

Mendidik anak dengan cinta


Ibu Dami harus berteman dengan anak dan bisa dekat dengan anak. Anaknya harus disiapkan untuk bisa percaya sama ibunya. Anak itu juga punya kesadaran buddha. Anak itu punya kekuatan yang bisa muncul dari dirinya sendiri.

Mendidik anak itu boleh dimarahi, tapi marahnya harus yang benar. Marah tapi dasarnya sayang, ini anak bisa merasakan. Kita gak marah tapi dasarnya gak mau repot, anak bisa merasakan juga. Ada anak yang senang dimarahi karena merasa dianggap anak. Kalau gak pernah dimarahi seperti gak dianggep itu.

Sebagai ibu, harus mengajari anak sesuai umurnya. Logika berpikir anak itu berbeda sesuai umurnya. Ini yang harus dipahami, gak bisa disamaratakan. Apalagi kita mendidik anak sesuai dengan pola pikir orang dewasa, bisa gak nyambung.

Anak cowok itu harus punya kebanggaan, biar gak merasa kalah bersaing dengan temannya. Saya merasa bangga menjadi anak bapak saya. Karena ibu saya selalu mengajarkan ke saya untuk bangga pada bapak. Nah, ini yang penting untuk mendidik anak.

Suasana anak itu yang penting suasana ibunya. Si anak bertanya, bapak saya dimana. Nah, ini ibunya suasananya juga begitu, mendambakan bapak (suami). Mikirnya begini, aduh seandainya saya ada suami, pasti gak akan seperti ini.

Yang penting ajak anak untuk sama-sama aktif. Jangan sering nangis meratapi nasib. Harus happy biar anak juga bisa happy. Ajak ngobrol ke anak, berdua aja, tanpa bapak masih bisa bahagia. Dengan jalankan kosenrufu pasti bisa happy.

Jangan larut sama kesedihan, harus berani terima kenyataan. Dekatkan anak ke Gohonzon, karena jiwa Nichiren itu majikan, guru, dan ayah bunda. Nanti Gohonzon bisa menjadi bapak (ayah bunda) untuk anak. Jangan mencari suami, kalau jalankan kosenrufu, pasti bisa dapat suami yang tepat.

Berani mempunyai tujuan hidup untuk kosenrufu dan sayang orang lain, itu modal utama untuk mendidik anak.
wiwid kurniawan
wiwid kurniawan Tidak ada kata terlambat untuk belajar