Hidup Terlihat Bergaya
Siapa sih yang enggak ingin hidupnya terlihat bergaya ? Punya karir yang oke, selalu tampil modis dalam pergaulan, punya gadget keluaran terbaru, dan tidak kalah dengan lingkungan (tetangga).
Rasanya semua orang ingin terlihat bergaya dan selalu bisa mengikuti perkembangan jaman. Namun, alih-alih terlihat gaya, kalau salah jalan bisa jadi mati gaya.

Loles, Pro M dari wonomulyo mengakui bahwa perkembangan jaman sangat cepat. Dia sering ketinggalan untuk mengikuti perkembangan jaman. Misalnya gaya berpakaian, dia baru mulai mengikuti, orang lain sudah ganti fashion yang terbaru.
Untuk urusan fashion, Loles berusaha menyesuaikan, meskipun sering tertinggal. Hal utama yang ingin dia capai agar terlihat bergaya adalah sukses dalam pekerjaan. Saat ini dia bekerja di Bali. Dia berusaha bekerja sebagus mungkin, agar orang lain mengakui kerapian kerjanya.
Namun, dia merasa masih kalah dengan teman-teman sekampung yang juga merantau. Ada yang sudah bisa beli mobil dan ada yang sudah beli rumah di Jakarta. “Sampai sekarang umur 30, rasanya belum mencapai kesuksesan. Belum ada kebanggaan. Kadang ada keinginan yang lebih, tapi perubahannya rasanya pelan kayak keong” tutur Loles.
Lain halnya bagi yang sudah berkeluarga dan sudah punya anak. Lebih penting anak bisa tampil bergaya dibanding dirinya sendiri.
Pak Maman dari Solo mengungkapkan, yang paling penting anaknya bisa tampil percaya diri dan bisa maju. Menurutnya, dengan Fasilitas yang dikasih ke anak, membuat anak semakin kreatif. Anak pertama suka fotografi, dibelikan kamera seharga 1,5 juta tapi duitnya paroan dengan anak.
Supaya bisa edit foto, dibelikan laptop seharga 7,2 juta. Sekarang anaknya minta dibelikan kamera seharga 15 juta, tapi masih ditunda karena belum ada uang. “Kalau saya ngerasa, sekarang jamannya begini. Kalau anak gak ngikutin perkembangan jaman, saya kasihan ke anak. Ketemu teman tidak percaya diri. Biar anak maju, tambah semangat, saya mendorong” kata pak Maman. Tujuan dia seperti itu agar anak bisa maju dengan mendalami bakat yang dimiliki anaknya dan juga bisa maju di susunan.
Bagi pasangan muda, hal yang paling membanggakan adalah ketika punya rumah sendiri.
Mulya, Ibu muda dari Solo saat ini sedang membangun rumah di Karanganyar. Meski baru punya anak satu, tapi rumah yang dibangun sangat besar, memiliki enam kamar. Awalnya sempat muncul keraguan, uang yang dimiliki bisa cukup untuk bikin rumah sampai jadi apa tidak.
Meski berat dan sampai menguras semua tabungan tapi perasaannya senang. Bulan mei kemarin, proses pembangunan rumah sudah selesai, tapi belum ditempati karena harus tinggal di sentrum Boyolali.
Untuk bisa tampil gaya dan mengikuti perkembangan jaman, memang dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Namun, karena hal itu sudah menjadi trend di jaman sekarang, segala usaha dilakukan untuk mewujudkannya.
Untuk bisa tampil gaya dan mengikuti perkembangan jaman, memang dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Namun, karena hal itu sudah menjadi trend di jaman sekarang, segala usaha dilakukan untuk mewujudkannya.
Berani Memikirkan Orang Lain
Meyikapi persoalan ini, pandita Sukirno berpendapat bahwa hidup itu harus seimbang. Persoalannya, jaman sekarang antara keinginan pribadi dan syinjin tidak seimbang, ini yang jadi masalah. Untuk menyenangkan anak, untuk kebanggaan diri, berani mengeluarkan uang berapapun. Tapi, untuk Gohonzon, untuk susunan, tidak berani.
“Di Nusantara, banyak orang tua yang kasih fasilitas ke anak. Merasa dulu orang tua hidupnya sengsara, jangan sampai anak merasakan seperti orang tua. Tapi kadang ketika anak harus berangkat REACH, tidak berani membiayai” kata pandita Sukirno. Harus ditanamkan di dalam hati kita lebih berani sumbang untuk Buddha dan aktif di susunan.
Pandita Meilinda Tandadjaja berpendapat bahwa punya rumah besar dan selalu menuruti keinginan anak, bukan jaminan kebahagiaan. Satu-satunya jaminan kebahagiaan adalah syinjin. Apapun yang kita miliki itu karena ada Gohonzon.
Anak harus dilatih agar senang disusunan. Kalau dari kecil sudah terbiasa disusunan, nanti ketika besar akan lebih gampang untuk aktif disusunan dan akan siap terjun di masyarakat. Kadang kita susah membedakan antara sayang anak atau memanjakan anak, untuk itu, dalam keluarga harus mementingkan syinjin.
Kita juga diajak untuk tidak mengandalkan gaya agar bisa dihargai orang lain. Tapi harus berani benar-benar memikirkan orang lain dan selalu berkarya untuk orang banyak. “Berkarya untuk orang banyak, kalau kita gak syinjin gak bisa. Umat Buddha di Nusantara harus dekat dengan Gohonzon. Makanya penting ada daimoku, ada gongyo. Daimoku jangan sebulan sekali hanya ketika kensyu” ajakan Pandita meilinda.
Posting Komentar untuk "Hidup Terlihat Bergaya"