Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ajaran Buddha tentang harta jiwa, menjadi kunci kebahagiaan

Ajaran Buddha salah satunya tentang harta jiwa, adalah pemahaman penting yang harus dimengerti dan dipahami. Hal ini sebagai landasan dalam rangka menemukan kunci kebahagiaan sesungguhnya secara lahir maupun batin. 
 
Di dalam agama Buddha terdapat tiga jenis harta, yaitu harta gudang (materi), harta badan (kesehatan), dan harta jiwa (rejeki).

Ajaran Buddha tentang harta jiwa, menjadi kunci kebahagiaan

Bagi sebagian orang yang sudah mengetahui ajaran Buddha maupun yang belum mengetahui, semua pasti sepakat bahwa harta gudang (materi) sangat penting untuk dimiliki. Tanpa memiliki materi, hidup terasa hambar. Ada ungkapan yang mengatakan “uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.”

Tapi, seberapa banyak materi yang kita miliki tidak akan ada artinya jika kita tidak memiliki tubuh yang sehat. Jadi, kesehatan jauh lebih penting daripada banyaknya materi/uang yang kita miliki. Pernah ada yang mendengar “Men sano in corporisano” di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Untuk itulah, harta jiwa atau disebut juga ketenangan, kedamaian hati, kebahagiaan dari dalam diri kita, menjadi aspek penting yang mendasari seluruh keadaan hidup manusia secara lahir dan batin. Ajaran Buddha mengajarkan untuk mengutamakan harta jiwa.

Dengan memiliki harta jiwa, secara otomatis harta gudang dan harta badan bisa kita dapatkan. Mungkin tidak berlebih, tapi sudah mewakili kebahagiaan yang selama ini kita cari-cari. Nah, mengingat pentingnya harta jiwa, di artikel ini akan kita bahas bagaimana caranya agar kita memiliki harta jiwa berdasarkan Ajaran Buddha Nichiren Shoshu.

Ajaran Buddha tentang 7 pusaka


Seluruh umat Majelis Nichiren shoshu Buddha Dharma Indonesia, selalu diajarkan dan diajak untuk punya impian besar. Tujuan hidup yang pertama adalah menentramkan negara dengan semangat cinta tanah air. Salah satu pelaksanaan pentingnya adalah menerapkan 7 pusaka dalam kehidupan seluruh umat.

Seperti yang sudah saya singgung diatas, di banding harta gudang (materi) lebih penting harta badan (kesehatan), tapi yg paling penting harta jiwa, yaitu 7 pusaka. Apa yang dimaksud dengan 7 pusaka dalam ajaran Buddha Nichiren Shoshu?

7 pusaka dalam ajaran Buddha Nichiren Shoshu, mengajarkan kita untuk mempunyai keinginan membuat semua orang bisa bahagia. Apa saja yang termasuk 7 pusaka :
  1. Mendengar

  2. Percaya

  3. Menjaga sila/pantangan.

  4. Menetapkan hati.

  5. Pelaksanaan yang tekun

  6. Membuang keterikatan/kesombongan

  7. Tobat (tinjau diri dan memperbaiki diri)


Dengan menjalankan 7 pusaka dalam hidup, kita bisa jadi orang yang bahagia.

Mendengar adalah pusaka pertama yang harus dimiliki. Tidak banyak yang mau mendengar dengan benar, apalagi di jaman sekarang, tidak mau mendengar kebenaran yang sebenarnya. Begitu mendengar berita entah hoax atau isu belaka langsung percaya. Kemudian bereaksi mengikuti pemikiran yang berujung pada kebutuhan ego diri sendiri.

Orang jaman sekarang cenderung ingin di dengarkan daripada mendengarkan. Apalagi jika disuruh belajar mendengarkan penderitaan orang lain, tidak ada yang mau dan tidak ada yang kuat. Kenapa bisa begitu, karena yang diinginkan adalah orang mendengarkan keluh kesahnya.

ajaran buddha harta jiwa 7 pusaka

Ajaran Buddha mengajarkan kepada kita untuk selalu maitri karuna (memberi kebahagiaan dan mencabut penderitaan) ke orang lain sebagai dasar pelaksanaan ajaran. Dengan menjaga sila/pantangan yang diajarkan oleh Sang Buddha, merupakan bentuk pelaksanaan terwujudnya hati yang maitri karuna.

Kita harus berani menetapkan hati untuk selalu memegang teguh ajaran Buddha dengan pelaksanaan yang tekun, menghilangkan gengsi yang bersumber dari kesombongan diri sendiri, serta rajin memperbaiki diri. Menetapkan hati diartikan sebagai memiliki tujuan hidup yang benar.

Merombak tujuan hidup

Jika kita amati kehidupan masyarakat umat Buddha maupun kehidupan masyarakat secara umum banyak yang sudah berubah ke arah lebih baik. Dalam hal materi, semua sudah berubah. Pendidikan juga berkembang. Bisa dibilang, telah terjadi perombakan nasib pada kehidupan manusia jaman sekarang.

Soal rombak nasib, masing-masing orang menginginkan perombakan nasib yang berbeda-beda. Ada yang ingin rubah secara ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Hal ini wajar karena kebutuhan dan keinginan masing-masing orang berbeda-beda. Tapi, kalau dilihat dari ajaran Buddha, ada yang tidak berubah yaitu perasaannya. Masih suka ngeluh, iri hati, dan marah-marah.

Rombak nasib itu rombak tujuan hidup sesuai ajaran Buddha, yaitu tujuan hidup untuk kebahagiaan orang lain. Untuk bisa rombak tujuan hidup, perlu gohonzon. Kalau tidak punya tujuan hidup akan selalu mengikuti hawa nafsu, yang berujung pada penderitaan.

Jika kita memiliki tujuan hidup yang benar, uang yang kita miliki akan digunakan untuk hal yang benar. Prioritasnya akan berubah menjadi, menggunakan uang untuk mengikuti kegiatan Kensyu Gosyo (penataran ajaran Buddha Nichiren shoshu), belajar, dan untuk kosenrufu. Tujuannya apa? agar kita selalu memiliki tujuan hidup untuk memikirkan kebahagiaan orang lain.

Yang paling penting perasaannya yang harus berubah, mau tinggal dimanapun, perasaan yang menentukan. Kondisi saat ini (saat sekarang) yang paling penting. Ketika perasaan saat ini (saat sekarang) berubah, saat itu juga suasana di sekeliling kita langsung berubah. Perasaannya jadi besar sehingga masalah sebesar apapun menjadi ringan dan kecil.

Dalam ajaran Buddha, konsep sekejap perasaan akan merubah suasana disebut dengan Esyofuni. Kesatuan antara manusia dan lingkungan. Apapun sikap dan perilaku manusia akan tercermin pada lingkungan tempat dia tinggal.

Itulah pentingnya mengutamakan harta jiwa dibanding dua harta lainnya di pandang dari ajaran Buddha Nichiren Shoshu. Mari kita sama-sama menggunakan 7 pusaka yang merupakan pusaka paling ampuh di jaman sekarang untuk bisa mencapai kebahagiaan sesungguhnya.
wiwid kurniawan
wiwid kurniawan Tidak ada kata terlambat untuk belajar